Masalah pada Manajemen Olahraga

Masalah pada Manajemen Olahraga

Ironi dari jumlah penduduk Indonesia yang menempati peringkat empat dunia di bawah China (1,37 miliar penduduk), India (1,27 miliar), dan Amerika Serikat (321 juta), tidak dapat dihindari lagi. Masalah perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah atlet berprestasi pastinya merupakan angka yang saling berkolerasi: Semakin banyak jumlah penduduk, semakin tinggi pula kemungkinan mencetak atlet berprestasi. Begitu, bukan?

Pada kenyataannya tidak semudah itu. Ada banyak hal yang berpengaruh selain jumlah penduduk, antara lain adalah pembinaan, kebiasaan, jumlah fasilitas, faktor genetik (alam), sampai kepada yang akan kita bahas kali ini: kebijakan pemerintah (sport governance).

Faktor-faktor di atas memang sangat beragam. Namun, dari berbagai masalah, pasti ada langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.

Sekitar awal September kemarin, saya mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai manajemen olahraga di Jepang selama beberapa pekan. Acara tersebut bernama NIFISA (National Institut of Fitness and Sports – International Sport Academy) yang berbentuk seminar sebagai bagian dari persiapan Jepang dalam melaksanakan Olimpiade 2020 di Tokyo, ibu kota Jepang.

Seperti yang kita tahu, Jepang adalah negara yang sudah berada jauh di depan Indonesia dalam urusan olahraga, termasuk sepakbola.

Banyak hal yang membuat saya kagum dengan situasi olahraga di Jepang, salah satunya adalah mengenai kebijakan pemerintah yang mereka canangkan melalui kampanye sebelumnya "Sports for All," yang dilanjutkan dengan kampanye berikutnya, yaitu "Sport for Tomorrow", yang semakin gencar dilakukan menjelang Olimpiade 2020.

Untuk kampanye "Sports for All", kita bisa melihat kembali tulisan Abimanyu Bimantoro (Lihatlah Jepang, Kita Masih Jauh dari Piala Dunia) yang juga sempat belajar ke Jepang pada akhir tahun 2014.

Sedangkan dalam seminar manajemen olahraga yang saya ikuti bulan lalu di Kanoya dan Osaka, pembahasan mengenai kebijakan pemerintah di bidang olahraga (sport policy) membahas banyak contoh kasus antara lain selain dari Jepang, juga dari Belanda, Kanada, dan Jerman, dengan masing-masing pembicara berasal dari negara-negara tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

PENTINGKAH MATA KULIAH SPORT ENTERTAINMENT & SPORT JOURNALISM BAGI MAHASISWA?

Manfaat Kuliah Sport Jurnalism Bagi Mahasiswa Penjas

Peluang Usaha Lingkup Olahraga